Selasa, 06 April 2010

Ambillah sebuah nasehat dari...


Manusia hanyalah menilai perbuatan, bukanlah menilai hati. Maka komentar manusia hanyalah seputar perbuatan (yang nampak pada) seseorang (baik itu aktifitas lisan/anggota tubuhnya), dan penilaian ini dengan timbangan syar'i. Jika perbuatan tersebut salah menurut syari'at, maka sanggahlah perbuatan tersebut. jika perbuatn tersebut benar menurut syari'at, maka serahkan saja hatinya kepada Allåh, dan itu bukan urusanmu.

Dari Said Al Khudri rådhiyallåhu 'anhu, bahwa ada orang yang menggugat Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam dalam membagian zakat, ia berkata kepada Nabi :
"Wahai Rasulullah bertaqwalah kepada Allah.”

Khalid bin Walid langsung minta izin kepada Nabi untuk memenggal lehernya...

Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda, : “Boleh jadi dia shalat”....

Khalid berkata, “Berapa banyak orang yang shalat tetapi ucapannya tidak sesuai dengan perbuatannya. [maksudnya, ia mengucapkan bahwa dirinya seorang muslim, tapi yang nampak dari perbuatannya adalah perbuatan orang-orang munafik -wallåhu ta'ala a'lam-]”
Maka Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda, yang artinya:

“AKU TIDAKLAH DIPERINTAH UNTUK MEMBEDAH HATI MANUSIA”

[Munafaqqun ‘Alaih]

Dari Usamah bin Zaid radhiyallåhu 'anhu, ia berkata:

"Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan: Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam."

Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bertanya:

"Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya?"
Aku menjawab:

"Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang."
Rasulullah shållallåhu 'alaihi wa sallam, bersabda (yang artinya):

"APAKAH ENGKAU SUDAH MEMBEDAH DADANYA sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak?"

Beliau terus mengulangi perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam pada hari itu.

(HR Muslim No 140)



Apa saja perbuatan (yang sesuai syar'i) yang nampak dihadapanmu yang diamalkan manusia, maka yang engkau lakukan hanyalah menilai amalannya, bukan hatinya. jJka engkau melihatnya shalatnya terlihat khusyu' maka tidak ada hak sama sekali bagimu untuk menilainya riya' (sengaja memperbaguskan amalan untuk manusia) atau sum'ah (sengaja memperdengarkan amalan untuk manusia); karena itu hanya dirinya dan Allåh yang tahu; engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya.

Amalan apa saja yang tidak nampak dihadapanmu (selain amalan-amalan wajib yang memang mengharuskan seseroang menampakkan amalannya), maka engkau tidak boleh mengatakan, "dia tidak pernah beramal".
tahukah dirimu apa yang dilakukannya dalam kesendiriannya?!

Ketahuilah sejelek-jeleknya orang adalah ketika ia melihat orang beramal ia berkata "ia telah riya'/sum'ah" . Dan ketika ia tidak melihat orang beramal dihadapannya ia berkata "ia tidak pernah beramal."...

Allåhul musta'aan. semoga kita dilindungi dari sifat yang demikian.



*Kita mengambil nasehat seseorang, kemudian kita amalkan, itu lebih baik, daripada SIBUK mengurusi “apakah si pemberi nasehat itu telah mengamalkan nasehatnya atau tidak?”

Berprasangka buruk pada diri sendiri, dan berprasangka baik pada orang lain akan menghasilkan PERBAIKAN DIRI.

Sedangkan berprasangka buruk pada orang lain, dan berprasangka baik pada diri sendiri akan menghasilkan KESOMBONGAN, yakni MENOLAK KEBENARAN, MEREMEHKAN ORANG LAIN, dan MENGANGGAP DIRINYA BENAR (dan akan selalu melakukan pembenaran).

-------------------------------------------------------------------------------------------------

“Apa peduliku dengannya…

Jika ia mengamalkan nasehatnya, maka ia orang beruntung. Jika ia tidak mengamalkannya maka ia orang yang paling jelek..

Tapi dengan memikirkan hal tersebut, dan AKU TIDAK BERBUAT APA-APA.. maka apa yang bisa kuperoleh?

Maka jika seperti itu, jadilah aku orang yang sibuk melihat orang lain, tapi melupakan diri sendiri..

Kulalaikan waktu yang sangat berharga dengan hanya memperhatikan orang lain..

Jikalau waktu yang kuhabiskan itu kugunakan untuk mengamalkan nasehat yang pernah ia berikan padaku, tentulah aku telah banyak melakukan amalan..

oh sungguh meruginya diriku..”

http://abuzuhriy.com

Tanpa disadari kita sering sekali menilai bahkan menghakimi orang lain. Baik itu secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tanpa kita sadari. Apakah kita lebih baik dari orang itu? Siapakah saya menilai orang begitu, yang dengan mudah menghakimi ?

Bukankah Allah Yang Maha Hakim .. ??
lalu kita, siapa kita??

Allah Maha Tahu keadaan hati kita dan kalian..

~Najwa Az Zahrah~
(Nasehat itu indah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar