Jumat, 02 April 2010

Kaya Hati

Saat sandiwara demokrasi digelar beberapa waktu yang lalu, para kandidatnya mencari komoditas yang diharapkan paling kuat untuk menggaet massa sebanyak-banyaknya. Diantara komoditas yang paling banyak diobral adalah topic mengentaskan kemiskinan. Kita tidak akan membahas aneka janji para kandidat pemilu, akan tetapi kita akan menyoroti bahwa kemiskinan telah menjadi momok yang sangat ditakuti dan harus segera dienyahkan sejauh-jauhnya.

Namun sangat disayangkan bahwa dari semua pembahasan tentang pengentasan kemiskinan, istilah kemiskinan yna dimaksud mengkristalkan pada kemiskinan harta dan materi. Sehingga lupa atau pura-pura lupa tentang kemiskinan iman yang sebenarnya jauh lebih berbahaya.

Kemiskinan harta bahayanya hanyalah di dunia, namun kemiskinan iman bahayanya dibawa ke alam akhirat. Kemiskinan harta masih bisa dikendalikan dengan iman, namun kemiskinan iman tidak bisa dikendalikan dengan harta.

Orang yang miskin iman, jika ia kaya maka kekayaannya akan dipergunakan untuk merusak diri dan agamanya. Apalagi kalau dia miskin harta. Maka dengan kemiskinannya ia akan menempuh cara-cara kotor dalam hidupnya demi mengejar dunia yang semu.

Berbeda halnya dengan orang yang kaya iman. Jika dia kaya harta maka ia akan mensyukuri nikmat Alloh tersebut dan menggunakan kekayaannya untuk membela agama Alloh. Dan jika ia miskin harta, maka ia akan bersabar atas kemiskinannya dan akan tetap mencari rizki yang Alloh tetapkan untuk dirinya dengan cara-cara yang diridhoiNya.

Dengan kekayaan iman, seseorang akan merasa kaya dengan berapapun yang Alloh berikan kepadanya. Sedangkan dengan kefakiran iman, seseorang akan tetap menjadi miskin berapapun banyak harta yang Alloh limpahkan kepadanya. Maka benarlah sabda Rosululloh Shalallohu ‘alaihi wa sallam Bukanlah kekayaan ini dengan banyaknya harta benda,namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan jiwa”

Dengan demikian yang seharusnya dan bahkan yang wajib segera dientaskan adalah kemiskinan iman dan kefakiran hati. Inilah proyek besar yang harus segera digarap jika kita memang menginginkan sebuah kehidupan yang tentram dan damai dibawah naungan Ilahi. Wallohu a’lam


Majalah Al Furqon, lupa edisinya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar